
Selain itu, 88 persen dari mereka mengaku sebagai pengajar utama putra dan putri mereka mengemudi mobil, ketika beranjak dewasa. Sayangnya, budaya mengemudi kedua orang tuanya, bukan yang terbaik, bahkan bisa dikategorikan buruk.
Hasil penelitian ini menggarisbawahi pentingnya sosok panduan ketika mengemudi. Orang tua harus sadar kalau mereka melakukan kebiasaan buruk mereka ketika mengemudi (distracted driving) bisa mengancam keamanan di jalan. Apalagi melakukan hal itu dan mengajarkannya ke putra-putri mereka.
Deborah AP Hersman, Presiden dan CEO NSC, dilansir Inautonews (3/5/2015) mengatakan, "Ketika hal ini berkaitan dengan mengajarkan remaja untuk mengemudi, instruksi 'Lakukan apa yang saya katakan, bukan seperti yang saya lakukan', bisa fatal. Orang tua yang menelpon atau SMS sambil mengemudi menularkan pesan dan budaya buruk pada anak-anak mereka, menganggap kalau gaya mengemudi seperti itu diperbolehkan."
Meskipun, penelitian NSC juga mengindikasikan kalau orang tua sadar risiko dan bahaya apa yang dihadapi remaja. Termasuk, potensi gangguan konsentrasi jika mengemudi ditemani remaja lain dalam satu mobil. Sekitar 57 persen orang tua melarang remaja mereka mengemudi bersama teman-teman sebayanya, yang berpotensi memperbesar risiko tabrakan sampai 44 persen.
Jadi, keluarga merupakan lingkungan terkecil bagi generasi muda untuk belajar bagaimana cara mengemudi dengan baik. Orang tua harus bisa lebih bertanggung jawab dalam menurunkan budaya mengemudi baik kepada putra-putrinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar