DEMI tegaknya kendil di dapur, Jumadi, 37, rela jarang di rumah
karena bisnis ikan di Ibukota. Tapi istrinya yang kesepian, di rumah
malah memasukkan “lele dumbo” yang lumayan kuat patilannya. Jumadi baru
tahu kelakuan istrinya selama ini, setelah diberi tahu para tetangga dan
siap digelar penggrebekan bersama.
Sebelum ada beras plastik yang bikin heboh, cinta plastik sudah lama
berlangsung di tengah masyarakat. Maksudnya, cinta pada suami hanya
tiruan alias plastik saja, karena cinta sejatinya justru diberikan
kepada lelaki lain, yang mampu memberikan nafkah lahir dan batin secara
seimbang. Maklumlah, wanita tak hanya butuh pasokan perut, tapi juga
yang di bawah perut.
Ny. Miyarsih, 29, dari Cirebon termasuk wanita yang tak puas oleh
pelayanan suami yang tak seimbang. Memang dia juga mengapresiasi langkah
suami yang mau cari kerja sampai Ibukota (Jakarta). Tapi sebagai suami
diharapkan selaku bersikap adil. Artinya, meski cari naflah sampai ujung
dunia, kewajiban untuk istri harus selaku dipenuhi. Sebab kewajiban
suami tak hanya ngayani (memberi pangan dan sandang), tapi juga
“ngayeli” alis melayani hubungan intim.
Memang, demi tetap tegaknya kendil di dapur, sejak tiga tahun lalu
Jumadi bisnis ikan di Jakarta. Pulang ke Cirebon hanya dua minggu sekali
atau bahkan sebulan sekali. Secara materi memang sudah lumayan. Tapi
kan kebutuhan istri tak hanya itu. Dia juga butuh kehangatan malam. Tapi
selama ini, keinginan Miyarsih selalu terkendala, karena suami tak di
rumah. Paling menjengkelkan, pas suami pulang dia sendiri berhalangan
karena “lampu merah”. Akhirnya malam itu yang ada hanya persahabatan
tanpa pertandingan. Padahal yang namanya PSSI, tanpa pertandingan bisa
bubar.
Adalah Wikono, 47, tetangga dekat rumah. Rupanya dia selama ini
selalu memperhatikan Miyarsih yang sering ditinggal suami. Dia pun
memprediksi bahwa istri Jumadi ini sangat kesepian dan kedinginan setiap
malam. Kalau hanya kesepian biasa, nyetel radio sudah terhibur. Kalau
kedinginan biasa, duduk-duduk dekat kompor juga selesai. Tapi untuk
kedinginan yang satu ini, “Saya siap jadi dewa penolongnya.” Begitu kata
Wikono kemudian.
Sekali waktu malam-malam dia mencoba main ke rumah Miyarsih. Awalnya
sih sekedar ngobrol-ngobrol biasa. Tapi setelah anak-anak pada tidur,
mereka mulai bicara perihal yang nyerempet bahaya. Ee ternyata Miyarsih
sangat merespon. Buktinya ketika Wikono membimbingnya ke ranjang sama
sekali tak menolak. Maka terjadilah aksi mesum kali pertama
antartetangga ini.
Rupanya Miyarsih sangat menikmati. Maka lain waktu, di kala suami
bisnis ikan di Jakarta, dia justru memasukkan “lele dumbo” ke dalam
kamarnya. Biar usia lebih tua 10 tahun dari suami, tapi lele dumbo yang
pakai kumis itu “patilan”-nya memang maut. Wikono memang tahu apa yang
dibutuhkan wanita, dan dia selalu memberikan porsi yang tepat, yakni:
tiga kali seminggu sesendok makan!
Lama-lama aksi mesum antartetangga itu tercium tetangga, ketika ada
warga yang melihat pukul 24.00 Wikono keluar dari rumah Miyarsih.
Seorang warga pun menghubungi suami Miyarsih di Jakarta. Apa jawabnya,
“Kalau memang begitu, grebek saja mereka!”
Tapi sebelum ada penggerebekan, Jumadi sudah keburu pulang karena
kepengin segera klarifikasi. Awalnya istri membantah bermain dengan
tetangga. Katanya, Wikono datang malam-malam sekedar mau betuli kompor
gas. Tapi warga yang tak percaya segera menginterogasi Miyarsih –
Wikono. Hasilnya, Wikono mengaku bahwa sudah jalan 3 tahun jadi praktisi
begal bini orang. Warga hampir saja emosi, untung segera didatangkan
polisi, sehingga Wikono selamat dari amukan masa.
Habisnya, Wikono juga tukang “ngamuk” bini tetangga.
Sumber:poskotanews.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar